Sabtu, 02 Januari 2016

Makalah Diksi Bahasa Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

        Harus diakui saat ini banyak orang mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama tantang pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan, hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat berkomunikasi. Manusia makhluk sosial yang tidak terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika berkomunikasi banyak yang mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat atau rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.                                                                           





















BAB II
PEMBAHASAN


  1. Pengertian Diksi atau Kata
Diksi adalah satu  unsur penting, baik dalam dunia tulis menulis maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan sesuatu yang mengandung maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, mana kata yang tepatlah yang diperlukan. [1]
Untuk menghasilkan pembicaraan yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan.
2.      Pembicaraan atau penulis harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pendengar dan pembaca.
3.      Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif dan efesien.
Berikut ini contoh pilihan diksi atau kata yang baik disertakan dengan bandingannya:
1.      Ketika adzan shubuh berkumandang. Edel bangun dari tempat tidurnya dan mengambil air wuduk, kemudian ia shalat.
2.      Genta adzan mengumandang di angkasa, bersahut-sahutan, memecah kesunyian dan shubuh masih merah. Edel bangkit dari tempat tidurnya dan beranjak ke kamar mandi untuk bersuci. Tak berapa lama, dia sudah kembali dan mengenakan mukena putih. Adel tampak luruh dalam sunyi belantara jiwa, bersujud di bawah singgasana keagungan-Nya.[2]             
  1. Makna denotatif dan konotatif
Makna kata menjadi penting dibahas, agar ketika melakukan pilihan kata dapat dilakukan dengan tepat. Pilihan kata yang tepat akan mampu menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
Makna denotatif adalah makna yang lugas (kata yang sebenarnya) atau makna yang tidak mengalami perobahan makna.
Contoh: Bunga Eldeweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi.
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada makna yang lain.
Contoh: Syinta adalah bunga desa dikampung itu.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasonal dari pada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan kondisi dan situasi.
            Misalnya:
            Denotatif                                                                     Konotatif
            rumah                                                                          gedung,
wisma
            pembantu                                                                    asisten, pembersih, penjaga
  1. Sinonim
Sinonim berasal dari kata syn yang berarti sama, dan anoma yang berarti nama. Maka sinonim adalah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan , dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya wafat bersinonim dengan meninggal, gugur. makna yang sama tetapi berbeda tulisan maupun pengucapannya.
Hal-hal yang menyebabkan munculnya sinonim:
1.      Karena proses serapan (borrowing): muncul akibat penerimaan kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada dalam bahasa Indonesia.
2.      Karena penyerapan kata-kata daerah kedalam bahasa Indonesia. Jarak dan wilayah mempengaruhi pembentukan kosakata, meskipun referensinya sama. Misalnya, tali-tambang, parang-golok.
3.      Karena makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari sebuah kata yang bersinonim tetap sama, hanya nilai evaluatif dan nilai emotifnya berbeda. Misalnya ekonomis-hemat-irit.[3]         
Jadi, sinonim ini digunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat yang tertentu sehingga kalimat yang disusun tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk  kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa dan mengkonkretkannya sehingga komunikasi yang dibentuk memiliki wujud nyata.

  1. Bentuk diksi atau kata
Dalam kajian lingustik bahasa Indonesia, kata dibedakan atas (1) kata dasar, (2) kata berimbuhan, (3) kata ulang, (4) kata majemuk.[4]  Kata dasar adalah kata yang tidak mengalami proses afiksasi. Sehingga kata dasar berbeda dengan bentuk dasar, karena bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Misalnya, kata pakai adalah kata dasar, sedangkan pakaian adalah bentuk dasar.
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses afiksasi. Sedangkan kata ulang adalah kata yang terbenyuk dari hasil proses pengulangan (reduplikasi). Misalnya: murid-murid, teman-teman, jalan-jalan, makan-makan, dll. Jenis pengulangan ada empat, yaitu:
1.      Pengulangan berimbuhan : berdua-duaan  
2.      Pengulangan kata dasar : membaca-baca, menari-nari, bermain-main
3.       Pengulangan dengan perubahan bunyi : teka-teki, lauk-pauk
4.       Pengulangan dwipurwa, yaitu pengulangan yang terjadi hanya pada suku awal kata: tetangga, lelaki, leluhur
Kata majemuk adalah kata yang tergagas hasil proses komposisi atau penggabungan.          Maksudnya, penggabungan dua kata yang menimbulkan kata baru .
Penulisan kata majemuk menurut EYD ada dua macam, yaitu kata majemuk yang ditulis seperangkat, seperti kata matahari dan kata majemuk yang ditulis terpisah, seperti rumah sakit.

  1. Kesalahan diksi atau kata
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata. Berikut ini beberapa kesalahan diksi yang sering terjadi.
1.      Pemakaian kata yang tidak tepat
Pemakaian kata yang tidak tepat sering ditemukan baik dalam lisan maupun tulisan.  Pemakaian kata dari atau daripada yang sering digunakan dengan tidak tepat.
Contoh:
Ø  Hasil daripada penjualan makanan akan digunakan untuk menyumbang panti jompo. (salah)
Ø  Hasil penjualan makanan akan digunakan untuk menyumbang panti jompo. (benar)
2.      Penggunaan kata berpasangan
Ada sejumlah kata yang penggunaannya berpasangan, tidak bisa dipisahkan. Seperti baik....maupun...bukan....antara....dan... Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini :
Ø  Antara kemauan konsumen dengan kemauan pelanggan terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga. (salah)
Ø  Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan harga (benar)
3.      Penggunaan dua kata
Didalam kenyataan terdapat penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Penggunaan dua kata secara serentak ini tidak efisien, yaitu adalah merupakan , agar supaya, seperti misalnya, daftar nama-nama.
4.      Penggunaan kata maka
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antar kalimat, seperti sehubungan dengan itu maka,setelah itu maka, jika demikian maka.
Agar lebih jelas perhatikan contoh-contoh berikut:
Ø  Oleh karena itu, maka janganlah kita meninggalkan shalat. (salah)
Ø  Oleh karena itu, janganlah kita meninggalkan shalat. (benar)
  1. Jenis-Jenis Perubahan Makna.
1.      Perluasan Makna (Generalisasi)
Perluasan makna terjadi apabila makna suatu kata lebih luas dari makna asalnya. Berikut ini adalah beberapa penentuan generalisasi.
Contohnya :
Ø  Adik, saudara kandung yang lebih muda, semua orang yang usianya lebih muda.
2.      Penyempitan Makna ( spesialisasi )
Penyempitan makna terjadi apabila sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna.
Contohnya :
Ø  Ahli, semua orang yang termasuk golongan atau keluarga, orang pandai dalam satu cabang ilmu.


3.      Peninggian Makna ( Ameliorasi )
Ameliorasi berasal dari bahasa latin melor yang artinya lebih baik. Ameliorasi adalah perubahan makna kata yang nilainya lebih tinggi dari pada makna asalnya.
Contohnya :
Ø  Wanita, nilai rasanya lebih tinggi dari pada, perempuan.
4.      Penurunan Makna ( Peyorasi )
Peyorasi berasal dari bahasa latin pejor yang artinya jelek.
Peyorasi adalah perubahan makna kata yang nilainya dirasa lebih rendah dari makna asalnya.
Contohnya :
Ø  Cuci tangan, membersihkan tangan dari air, melepas tanggung jawab.

5.      Pertukaran Makna ( sinestesia )
Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan dua indra yang berbeda, yaitu antara indra penciuman ( hidung ), pendengaran ( telinga ), penglihatan ( mata ), peraba ( kulit ), dan perasa ( lidah ).
Contohnya :
Ø  Aroma kue bolu itu sangat manis
( penciuman « perasa )

6.      Persamaan Makna ( Asosiasi )
Asosiasi adalah makna kata yang timbul karena perasaan sifat. [5]
Contohnya :
Ø  Amplop, bungkus surat, sogokan uang suap.
  1. Kata Konkret dan Kata Abstak
Kata konkret adalah kata yang dapat diserap, dilihat oleh pancaindra, diraba, atau kata yang jelas dan benar-benar ada atau nyata. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang tidak berwujud.[6]
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam aktivitas kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas berbicara menggunakan kata konkret dan kata abstrak.                                                                  Contoh kata konkret (kata yang dapat diserap oleh pancaindra), seperti kata:
-          Ikan,
-          Beras,
-          Gelas,
-          Piring, dll.
Contoh kata abstrak (kata yang tidak berwujud atau kata yang tidak dapat diserap oleh pancaindra), seperti kata:
-          Opini,
-          Gagasan,
-          Kedamaian,dll.
Letak perbedaan antara kata konkret dan kata abstrak adalah ketika mengatakan hal-hal yang mudah dipahami itu kata konkret, sedangkan kata yang rumit itu kata abstrak. Kata abstrak dapat membedakan gagasan yang bersipat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu banyak dalam tulisan, maka kandungan tulisan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
















                                                           DAFTAR PUSTAKA
                

Prabowo, Denny. Novel Pemuda dalam Mimpi Edelweis. Jakarta: Lingkar Pena      Publishing House,2009.
Murthado, Ali. dan Nasution, Rahmat Hidayat.  Bahasa Indonesia  Untuk Perguruan        Tinggi Teori dan Praktik Menulis Karya Ilmiah. Cetakan pertama. Medan:      Wal Ashri Publishing, 2012.
Fitriany, Yuanita. dan Anbiya, Fatia Permata. EYD Kaidah Bahasa Indonesia.       Cetakan Pertama. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2015.
Hamid, farida. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: Apollo Lestari, 2008.
Indonesia( Edisi Ketiga). Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai           Pustaka Redaksi Transmedia Pustaka, 2010.

























[1].  Ali Murthado dan Rahmad Hidayat Nasution, Bahasa Indonesia  Untuk Perguruan Tinggi Teori dan Praktik Menulis Karya Ilmiah, Cet. Ke-1( Medan: Wal Ashri Publishing, 2012), h. 25.
                [2] .  Denny Prabowo,  Novel  Pemuda dalam Mimpi Edelweis, (Jakarta: Lingkar Pena  Publising House, 2009), h.2.
[3] Yuanita Fitriany dan Fatya Permata Anbiya, EYD Kaidah Bahasa Indonesia. Cet. Ke-1 (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2015), h. 69.
[4] . Ali Murthada dan Rahmat Hidayat Nasution, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi   dan Praktik Menulis Karya Ilmiah, cet. Ke-1  (Medan:WAL  Ashri  Publishing, 2012),h.45.
[5] Indonesia ( Edisi Ketiga). Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia (Jakarta: Transmedia Pustaka. 2010), h. 81.
[6] . Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap (Surabaya: Apollo Lestari, 2008),h.9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

baik dengan Pergunakan