Jumat, 01 Januari 2016

Makalah Dakwah Bil HAL



                   
PENDAHULUAN
Dakwah islam adalah suatu istilah yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian pesan ilahiah kepada umat manusia, karena dalam dakwah islam terjadi sebuah proses penyampaian ajaran agama, baik yang bersipat larangan maupun bersipat perintah dan anjuran dari sang pencipta.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, yang cennderung membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberikan suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial yang terjadi.
Melihat penomena di atas kita khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik dan dikehendaki oleh islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong  umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwa, oleh sebab itu para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan hanya menganggap bahwa dakwah dalam frame” AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR “.







Pokok Bahasan : Efektifitas, Bentuk-bentuk Dakwah, Model implementasi Metode Dakwah, Peluang dan Tantangan Dakwah Bil Hal.
Materi:
1.      Efektivitas Dakwah Bil Hal
Dakwah bil hal merupakan hal yang sering muncul di Indonesia, sama halnya dengan istilah halal bihalal.
Dakwah bil hal sesungguhnya punya makna yang sangat luas. Menurut Qurais Shihab, dakwah bil hal identik dengan dakwah pembangunan dan pengembangan masyarakat muslim. Lebih lanjut ia mengatakan dakwah bil hal diharapkan dapat menunjang segi-segi kehidupan masyarakat, sehingga pada akhirnya setiap komunitas memiliki kemampuan untuk mengatasi kebutuhan dan kepentingan anggotanya, khususnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.
Pada hakikatnya dakwah itu usaha atau upaya untuk mengubah suatu keadaan     menjadi lebih baik menurut tolak ukur islam, perubahan  yang dimaksud adalah perubahan dengan cara menumbuhkan kesadaran dan kekuatan diri objek dakwah.
Dalam mengenai keberhasilan aktivitas dakwah islam, banyak metode dakwah yang dapat dipilih dan digunakan salah satunya adalah metode dakwah bil hal yang dicontohkan rasulullah secara langsung yang dikenal dengan huswatun hasanah.
Allah swt berfirman bahwa dalam melaksanakan tugas wajib dakwah  haruslah dengan suatu organisasi yang khusus, seperti yang tercakup dalam surah ali imran:104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalam ayat tersebut mewajibkan agar umat islam mendirikan suatu organisasi yang khusus bertugas di ladang dakwah dan organisasi tersebut harus diatas dua asas, yaitu keimanan dan persaudaraan, dengan tugas amar ma’rup nahi munkar. Tanpa adanya organisasi atau lembaga dakwah, niscaya dakwah islamiah tidak akan dapat berdiri dengan baik.
Rasulullah saw telah memberikan contoh dakwah bil hal yaitu ketika pertama kali datang kemadinah yang dilakukan rasul adalah membangun mesjid quba, untuk menyatukan kaum anshar dan kaum muhajirin dalam ikatan ukhwah islaamiah. Kenyataan membuktikan bahwa betapa efektifnya dakwah bil hal, tanpa mengabaikan dakwah bil lisan. Maka dakwah bil hal seharusnya menjadi prioritas utama dalam berdakwah.
2. Bentuk-bentuk Metode Dakwah
Penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang besar terhadap cara berpikir dan bertindak manusia. Akibat pengaruh tersebut manusia sekarang lebih rasional pemikirannya dibandingkan dengan manusia yang dahulu. Manusia sekarang (modern) tidak cepat percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kedudukan dan kebenarannya. Mempengaruhi seseorang di jaman modern ini haruslah di dukung dengan alasan dan bukti-bukti yang nyata mengenai isi dan informasi yang disampaikan. Begitu pula harus dipilih metode atau cara yang   paling tepat dan cocok untuk setiap sasaran, terhadap kaum terpelajar tentu tidak sama penyampaiannya dibanding terhadap kaum tani di pedesaan.    Pada prinsipnya metode dakwah bermacam-macam bergantung pada situasi dan kondisi mad’u. Artinya bahwa tidak semua mad’u metode ceramah satu arah cocok dan tepat, dan tidak semua metode tepat digunakan untuk semua mad’u. Karenanya bagi para pelaksana dakwah dalam aktivitas dakwahnya perlu menempuh beberapa bentuk metode, yang secara garis besar dapat disebut sebagai berikut:[1]
Ø  Dakwah bil lisan
Ø  Dakwah bil kitab
Ø  Dakwah bil hal
3. Implementasi Metode Dakwah Islam
Ø  Implementasi Dakwah Bil Lisan
Ø  Implementasi Dakwah Bil Kitab
Ø  Implementasi Dakwah Bil Hal Atau Dakwah Amal Nyata          

.           Dakwah bil hal adalah bentuk dakwah yang dilakukan dengan cara merealisasikan ajaran islam dalam bentuk perbuatan atau amal nyata. Bentuk ini secara sederhana dapat direalisasikan dalam bentuk-bentuk berikut ini:
a.      Pemberian contoh teiadan (Uswatun Hasanah).
    Uswatun hasanah yaitu dakwah yang dilakukan dengan akhlakul karimah, perilaku yang bagus dan amal perbuatan yang shaleh. Hal ini dimaksudkan agar penerima dakwah (mad’u) mengikuti jejak dan hal ihwal da’i. Metode ini diberikan dengan memperlihatkan sikap kelakuan, perkataan, gerak-gerik, dengan harapan setelah penerima dakwah melihat, memperhatikan semua itu dapat disosialisasikan dalam diri dan kehidupannya.
    Nabi muhammad sendiri dalam dakwahnya senantiasa menghiasi dirinya dengan budi pekerti yang luhur, sehingga akhlaknya turut berbicara dan menyebabkan manusia banyak memeluk agama islam. Firman Allah surah Al-Qalam:4 yaitu:
 y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya:
      Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.           (QS.68:4)
    Demikialah metode ini dapat dipergunakan untuk menyampaikan dakwah, baik mengenai akhlak, cara bergaul dimasyarakat, cara beribadah, dan cara hidup islam lainnya. Dalam hal ini yang memegang peranan penting bagi berhasil tidaknya dakwah huswatun hasanah adalah da’i itu sendiri.
b.      Demonstrasi
Yaitu dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan atau perkataan. Metode demonstrasi dipergunakan jika tujuan dakwah mengharapkan para mad’u dapat mengerjakan atau mengamalkannya. Firman allah swt surah fussilat:33 yaitu;
ô`tBur ß`|¡ômr& Zwöqs% `£JÏiB !%tæyŠ n<Î) «!$# Ÿ@ÏJtãur $[sÎ=»|¹ tA$s%ur ÓÍ_¯RÎ) z`ÏB tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÇÌÌÈ  
Artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada allah, dan berkata, “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”?
  Ayat ini menggambarkan kepada manusia, bahwa sesungguhnya masyarakat mengerjakan apa yang bisa mereka kerjakan  dengan keterbatasan dan pengalaman mereka, oleh karena itu para da’i harus mampu mendemonstrasikan cara-cara baru yang lebih efektif dan efisien. Metode ini dikenal dengan demonstrasi hasil.
Demonstrasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan, diantara kelebihannya adalah :
·         Memungkinkan mad’u dapat menghayati materi dakwah dengan sepenuhnya dan lebih memusatkan perhatian mad’u pada materi yang sedang di bahas.
·         Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena mad’u mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
·         Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah:
·         Tidak semua dakwah dapat didemonstrasikan.
·         Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya bisa-bisa minim.
·         Memerlukan keahlian khusus bagi para da’i.
·         Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian.
c .Metode Meragakan
Yaitu suatu metode yang menyampaikan dakwah dengan menggunakan alat peraga untuk membantu memberi penjelasan tentang materi dakwah. Dengan metode ini mad’u akan lebih jelas dan lebih mengerti. Karena pendengarannya, penglihatannya, bekerja menerima penjelasan. Alat peraga adalah alat untuk memberi penjelasan, dalam arti yang luas semua alat dapat didengar, dilihat dan dirasakan. Alat peraga tersebut meliputi:
·         Alat-alat grafik, yaitu alat atau tulisan gambaran, peta, poster, statistik, diagram, dll.
·         Gambar-gambar hidup termasuk film, drama, dan sandiwara.
·         Gambar-gambar mati, seperti lukisan, potret, dan photo.
Dakwah dengan memakai alat peraga, dapat membantu daya ingat, daya tanggap, . daya serap mad’u, juga membantu da’i dalam menyampaikan materi dakwah Islam.
d.Metode Karyawisata
Yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada sesuatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u. Termasuk di dalamnya home visit (kunjungan ke rumah untuk bersilaturrahmi), seperti menjenguk orang sakit. \
e. Metode Pelayanan Sosial
Dakwah cara ini dapat direalisasikan dengan cara mendirikan atau membentuk berbagai sarana kehidupan sosial masyarakat, seperti sekolah, rumah ibadah, lembaga ekonomi (koperasi, bank islam, atau jaringan ekonomi islam lainnya), balai kesehatan, serta berbagai sarana kehidupan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas kehidupan umat islam.

4. Peluang dan Tantangan Dakwah
Proses globalisasi sedang berjalan, semakin lama semakin intens. Terdapat dua pandangan ahli tentang eksistensi globalisasi. Pertama, memandang abad ini sebagai abad kenyamanan hidup, dimana peradaban manusia semakin efektif dan efisien. Kedua, meramalkan sebagai abad yang penuh tirani yang dapat menghancurkan nilai-nilai manusia. Prilaku masyarakat di era globalisasi ditandai dengan:
·         Meningkatnya heterogenitas nilai.
·         Menurunnya sikap fatalistik.
·         Meningkatnya gaya hidup yang matrealistik.
·         Meningkatnya individualisme dalam kehidupan.
Keempat kecenderungan di atas, merupakan tantangan sekaligus dapat dijadikan sebagai peluang bagi pelaksanaan dakwah.
Era globalisasi terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut stuktur maupun budaya masyarakat. Dalam hal ini pelaksana dakwah menjadi lebih berat. Karenanya diperlukan upaya pengembangan yang betul-betul dapat menyentuh realitas kehidupan masyarakat, baik menyangkut pada pembinaan sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dakwah harus dikelola secara profesional. Upaya kearah ini menuntut adanya keilmuan, strategi yang tepat, pelatihan dan dukungan dana yang cukup besar.
Peluang diera globalisasi dapat dimanfaatkan umat islam. Peluang dalam bidang pendidikan, media, teknologi, semuanya harus di arahkan untuk kepentingan dakwah. Selain itu, menghadapi berbagai tantangan yang terjadi, diperlukan langkah-langkah preventif dan antisipatif guna terlaksananya dakwah secara efektif dan efisien.
Tantangan dakwah tampaknya semakin berat, terutama tantangan akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampak dari arus modrenisasi dan globalisasi. Walaupun di balik tantangan tersebut sesungguhnya menawarkan peluang-peluang yang harus di manfaatkan. Tantangan-tantangan dakwah dapat dibedakan kepada dua hal. Pertama, tantangan yang berupa dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tegnologi dan sisi buruk adari globalisasi. Kedua, tantangan yang berasal dari pihak non muslim, baik yang berasal dari dalam negara maupun luar negara, berbagai program dan strategi yang mereka lakukan.[2]
Di era globalisasi sekarang ini metode dakwah dengan lisan tidak cukup, maka diperlukanlah penggabungan  antara dakwah bil lisan, dakwah bil kitabah, dan dakwah bil hal. Dan diperlukan juga kerja sama antara pendai dai lainnya, supaya lebih mudah untuk mencapai tujuan pendai.
KELOMPOK 3 ( DA’I SEJATI ) YAITU :
*      HISYAM ALI
*      IKROMAL HASIBUAN
*      IRNA HASIBUAN
*      NURMA WADDAH L


[1] . Soiman, Buku Ajar Metodologi dakwah:2012                                                           
[2] .Abdullah, Ilmu Dakwah,( Bandung, Citapustaka Media:2015).

1 komentar:

baik dengan Pergunakan