Rabu, 12 Oktober 2016

Study Kasus : Konplik dalam keluarga



Nama              : Nurma Waddah L
Nim                 : 11153031
Jurusan            : KPI-B / 1
Study               : Manajemen Studi Kasus
Teori                : Konflik dalam Organisasi Keluarga
STUDI KASUS
MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA
A.     Pengertian Manajemen Konflik
            Konflik adalah pertentangan paham, persengketaan, atau suatu perselisihan yang terjadi dalam suatu organisasi. Konflik bukanlah suatu masalah, tetapi masalah bisa menimbulkan konflik. Konflik tidak hanya bersipat yang negatif, tetapi konflik juga bisa bersipat positif. Apabila konflik dalam suatu organisasi dapat dimanajemeni dengan baik ataupun dapat diatasi dengan baik, maka suatu organisasi tersebut dapat mengubah konflik negatif menjadi konflik menjadi konflik positif.
            Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi ( keluarga ) dapat diakibatkan karena :
1.      Pertentangan antara individu dengan  individu ( anak dengan anak ,bapak dengan anak), kelompok dengan kelompok (tetangga dengan tetangga ), dan individu dengan kelompok,
2.      Penyampaian komunikasi yang salah atau salah dalam menyampaikan pesan, dan kurangnya komunikasi dengan baik
3.      Pribadi yang malas, dll.
Manajemen ( Top Manajemen / Kepala Keluarga ) harus mampu menyelesaikan konflik dan manajemen juga harus mampu menghapuskan konflik dalam suatu organisasi ataupun manajemen harus mampu mengubah konflik negatif menjadi konflik positif.
Ada beberapa cara untuk memecahkan atau mengubah konflik negatif menjadi konflik positif, yaitu :
1.      Metode consensus, yaitu mencari suatu masalah dan memecahkan suatu masalah tanpa melihat siapa yang benar dan siapa yang salah,
2.      Metode Konprentasi, yaitu memecahkan suatu masalah dengan cara menerima semua pendapat dari pihak konflik, kemudian dipertemukan kepada yang lebih tinggi lagi,
3.      Metode tujuan, dengan cara mengubah atau menambah tujuan konflik yang terjadi.

B.      Analisis Manajemen Konflik Dalam Keluarga
Konpflik tidak dapat dihindarkan dalam suatu organisasi, tanpa adanya konflik suatu organisasi mungkin tidak bisa mengalami kemajuan, karena dengan adanya konflik  kita bisa mengetahui apa yang salah dalam organisasi tersebut. Jika manajemen konflik dapat dimanajemeni dengan baik, maka konflik negatif bisa menjadi konflik positif.
Dalam suatu keluarga ( di Villa Setia Budi  ), dalam keluarga tersebut memiliki tiga orang anak, ayah sibuk dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Ibu. Sehingga tidak ada waktu luang untuk sang anak, waktu bersama mereka hanya pada hari libur (sabtu dan minggu ) digunakan untuk berlibur jalan-jalan, makan-makan, tetapi hari tersebut terkadang digunakan untuk memenuhi undangan sehingga waktu yang direncanakan untuk bersama dengan anak itu batal. Dan pada malam hari, itupun selesai makan mereka naik keatas untuk tidur lebih tepatnya beristirahat.
Konflik dalam keluarga ini tidak terlalu banyak, karena anak-anak mereka masih kecil-kecil (kelas 5,3, dan 1 di Sekolah Siti Hajar Islamic Full Day School ), kemungkinan besar konflik terjadi pada jangka yang panjang, di sebabkan karena kurangnya komunikasi, perhatian, ke-2 orang tua sibuk dengan hal-hal masing-masing sehingga anak tersebut kurang mendapatkan perhatian terutama kurangnya pendidikan. Pendidikan di sekolah tidaklah sama dengan pendidikan dari ke-2 oranng tua. Pendidikan yang didapati dari sekolah itu hanya bersipat jasmani, sedangkan pendidikan dari ke-2 orang tua itu bersipat jasmani dan rohani. Anak-anak tersebut dijaga oleh sepupu saya lebih tepatnya anak angkat mereka yang kuliah di “ Stikes Su ” semester tujuh, dari dialah saya mendapatkan informasi dan saya juga pernah datang dan tidur di sana untuk mengamati kehidupan rumah tangga mereka, bukanlah tujuan saya untuk menyibuk dengan rumah tangga mereka, tetapi niat saya hanyalah untuk mengambil pelajaran agar kedepannya bisa mendirikan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dan tujuan utama ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu dosen manajemen.
Keluarga ini hidup harmonis, disamping keharmonisan tersebut terjadi juga persengketaan, perselisihan atau konflik dalam rumah tangga. Dalam suatu organisasi atau rumah tangga tidak terlepas dari suatu “ PERMASALAHAN ”. Menurut analisis saya tanpa adanya konflik hidup akan begitu-begitu saja, dalam arti kata tidak mengalami perobahan, dan konflik itu juga sebagai “ hiasan ” dalam suatu organisasi atau dalam rumah tangga, dengan syarat suatu manajemen mampu mennyelesaikannya dan mengatasinya dengan baik.
Konflik yang terjadi dalam rumah tangga ini , yaitu pada suatu ketika sang suami  pernah memarahi istri yang biasa pulang sore atau sesudah maghrib, penyebabnya (menurut analisis saya )di meja makan kosong tidak ada makanan dalam arti kata Istri lalai dalam menjalani tanggung jawab, lelah jasmani dan rohani dalam seharian beraktivitas di luar, dan perut lapar. Ketika istri pulang terjadilah  sesi ribut atau perselisihan antara suami dan istri, sang istri tentu tidak hanya diam karena istri baru saja pulang yang merasa sangat lelah bekerja seharian di luar. Jadi cara mengatasi konflik ini supaya tidak berlarut lama, sang suami ( saya menyebutnya sebagai Top Manajemen ) mengambil kebijakan dengan cara berdiam diri, karena perempuan jarang yang mau mengalah dan banyak cakap alias “ ratu perepet ”. Ketika api amarah barulah didiskusikan dengan cara baik atau dengan kepala dingin. Menurut saya itu cara yang epektif dan efisien, sehingga dapat mengubah konflik negatif menjadi konflik positif .
Konflik juga terjadi antara anak dengan anak ( individu dengan individu ) ini sering terjadi, yang sering disebabkan karena permainan. Contoh sang adik memakai permainan si abang, dan abang tersebut tidak mengijinkan adik untuk memakai permainan itu. Sehingga si adik menangis. Konflik ini terjadi karena kurangnya pengcontrolan manajemen (ke-2 orang tua ) dalam keluarga lebih tepatnya kurangnya  pengagawasan terhadap anak-anak.
Dalam keluarga ini juga pernah terjadi konflik antara tetangga dengan tetangga, yang diakibatkan anak-anak bermain air dihalaman tetangga sehingga baju tetangga yang dijemur basah, yang mengakibatkan ibu tetangga tersebut marah-marah dan mendatangi ibu mereka dan merepet-merepet or marah, ( menurut saya ini contoh tetangga yang tidak baik, namanya saja masih anak-anak yang taunya hanya bermain-main , tetapi itu hak dia, hehehe ). Konflik ini juga terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap anak-anak.
Terkadang konflik juga terjadi antara anak dengan ke-2 orang tua, yaitu berupa: anak suka membantah, melawan, atau membangkang perkataan atau perintah ke-2 orang tua, konflik ini bisa saja terjadi karena komunikasi, maksudnya sianak salah dalam menyampaikan atau memahami pesan yang disampaikan. Penyebab konflik ini juga dikarenakan kurangnya perencanaan dalam mendidik anak, kurangnya pengawasan sehingga anak bebas bergaul dengan teman yang agak bandel, dan kurangnya pendekatan antara anak dengan ke-2 orang tua, sehingga ke-2 orang tua kurang memahami anak. Cara mereka mengatasi anaknya ketika salah adalah mereka menasehatinya supaya jangan mengulanginya kembali.
Saya suka melihat salah satu kebijakan dalam keluarga ini, yaitu ke-2 orang tua mereka tidak memfasilitasi anaknya dengan kelengkapan permainan dalam bentuk Play Station atau disebut dengan PS,  yang ada hanya permainan dalam laptop yang berbeda dengan play station. Karena Play Station tersebut dapat menghipnotis orang memainkannya seolah-olah kita hidup ini hanya untuk bermain-main, Play Station juga membuat anak lalai dalam belajar atau mengerjakan tugas karena dalam pikiran anak tersebut hanya “ BERMAIN ”.
Dalam keluarga ini tidak ada yang namanya KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ), karena untuk mewujudkan atau tercapainya tujuan dalam rumah tangga, yaitu supaya hidup sakinah, mawaddah, warahmah, atau hidup penuh dengan kedamaian dan ketenteraman itu tidak akan tercapai dengan kekerasan, tetapi harus dengan Planning (perencanaan) ,controlling (pengawasan), dan directing (memberi motivasi).


C.      Solusi dan Kesimpulan
Solusi dan kesimpulan dari apa yang saya paparkan di atas adalah bahwa konflik tidak dapat kita hindari dari dalam suatu organisasi salah satunya di dalam keluarga. Kata konflik juga penting, kenapa saya katakan penting….??? Karena konflik dapat memberi motivasi kepada kita supaya kita dapat berubah menjadi lebih baik, serta kita juga dapat mengevaluasi apa yang salah dengan rencana awal, kemudian mengambil kebijakan untuk perencanaan kedepannya (perencanaan jangka panjang ).
 Peran penting Top Manajemen (kepala keluarga) adalah untuk mencapai tujuan utama dalam suatu keluarga, top manajemen harus mampu menyelesaikan konflik, mengatasi konflik, memecahkan konflik, serta memberi motivasi , atau mengubah konflik negatif manjadi konflik positif.
Supaya tujuan dapat tercapai semaksimal mungkin, dalam suatu organisasi, manajemen harus memenuhi 4 fungsi, yaitu :
·         Planning ,
·         Organizing,
·         Directing, dan
·         Controlling.
Konflik selalu mewarnai kehidupan, dari konflik-konflik yang kecil sampai konflik sangat besar. Konflik terjadi akibat perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, tidak sama kepentingan, dan masih banyak lagi yang meyebabkan konflik terjadi. Konflik ada yang diselesaikan secara tuntas, ada yang setengah tuntas, dan ada pula yang tidak tuntas.
Cukup sekian yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya tulis ini tidak mengecewakan Ibu dosen yang telah mengajari kami dari awal semester satu sampai akhir semester. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen manajemen yang telah membimbing kami.
SEKIAN  DAN  TERIMA  KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

baik dengan Pergunakan