Nama :
Nurma Waddah L
Nim :
11153031
Jurusan :
KPI-B / 1
Study :
Manajemen Studi Kasus
Teori :
Konflik dalam Organisasi Keluarga
STUDI KASUS
MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA
A. Pengertian Manajemen Konflik
Konflik
adalah pertentangan paham, persengketaan, atau suatu perselisihan yang terjadi
dalam suatu organisasi. Konflik bukanlah suatu masalah, tetapi masalah bisa
menimbulkan konflik. Konflik tidak hanya bersipat yang negatif, tetapi konflik
juga bisa bersipat positif. Apabila konflik dalam suatu organisasi dapat
dimanajemeni dengan baik ataupun dapat diatasi dengan baik, maka suatu
organisasi tersebut dapat mengubah konflik negatif menjadi konflik menjadi
konflik positif.
Konflik
yang terjadi dalam suatu organisasi ( keluarga ) dapat diakibatkan karena :
1. Pertentangan antara individu
dengan individu ( anak dengan anak
,bapak dengan anak), kelompok dengan kelompok (tetangga dengan tetangga ), dan
individu dengan kelompok,
2. Penyampaian komunikasi yang salah
atau salah dalam menyampaikan pesan, dan kurangnya komunikasi dengan baik
3. Pribadi yang malas, dll.
Manajemen ( Top Manajemen / Kepala
Keluarga ) harus mampu menyelesaikan konflik dan manajemen juga harus mampu
menghapuskan konflik dalam suatu organisasi ataupun manajemen harus mampu
mengubah konflik negatif menjadi konflik positif.
Ada beberapa cara untuk memecahkan
atau mengubah konflik negatif menjadi konflik positif, yaitu :
1. Metode consensus, yaitu mencari suatu
masalah dan memecahkan suatu masalah tanpa melihat siapa yang benar dan siapa
yang salah,
2. Metode Konprentasi, yaitu memecahkan
suatu masalah dengan cara menerima semua pendapat dari pihak konflik, kemudian
dipertemukan kepada yang lebih tinggi lagi,
3. Metode tujuan, dengan cara mengubah
atau menambah tujuan konflik yang terjadi.
B.
Analisis Manajemen Konflik Dalam
Keluarga
Konpflik tidak dapat dihindarkan
dalam suatu organisasi, tanpa adanya konflik suatu organisasi mungkin tidak
bisa mengalami kemajuan, karena dengan adanya konflik kita bisa mengetahui apa yang salah dalam
organisasi tersebut. Jika manajemen konflik dapat dimanajemeni dengan baik,
maka konflik negatif bisa menjadi konflik positif.
Dalam suatu keluarga ( di Villa Setia
Budi ), dalam keluarga tersebut memiliki
tiga orang anak, ayah sibuk dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Ibu.
Sehingga tidak ada waktu luang untuk sang anak, waktu bersama mereka hanya pada
hari libur (sabtu dan minggu ) digunakan untuk berlibur jalan-jalan,
makan-makan, tetapi hari tersebut terkadang digunakan untuk memenuhi undangan
sehingga waktu yang direncanakan untuk bersama dengan anak itu batal. Dan pada malam
hari, itupun selesai makan mereka naik keatas untuk tidur lebih tepatnya
beristirahat.
Konflik dalam keluarga ini tidak
terlalu banyak, karena anak-anak mereka masih kecil-kecil (kelas 5,3, dan 1 di
Sekolah Siti Hajar Islamic Full Day School ), kemungkinan besar konflik terjadi
pada jangka yang panjang, di sebabkan karena kurangnya komunikasi, perhatian,
ke-2 orang tua sibuk dengan hal-hal masing-masing sehingga anak tersebut kurang
mendapatkan perhatian terutama kurangnya pendidikan. Pendidikan di sekolah
tidaklah sama dengan pendidikan dari ke-2 oranng tua. Pendidikan yang didapati
dari sekolah itu hanya bersipat jasmani, sedangkan pendidikan dari ke-2 orang
tua itu bersipat jasmani dan rohani. Anak-anak tersebut dijaga oleh sepupu saya
lebih tepatnya anak angkat mereka yang kuliah di “ Stikes Su ” semester tujuh,
dari dialah saya mendapatkan informasi dan saya juga pernah datang dan tidur di
sana untuk mengamati kehidupan rumah tangga mereka, bukanlah tujuan saya untuk
menyibuk dengan rumah tangga mereka, tetapi niat saya hanyalah untuk mengambil
pelajaran agar kedepannya bisa mendirikan rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
wa rahmah. Dan tujuan utama ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Ibu dosen manajemen.
Keluarga ini hidup harmonis,
disamping keharmonisan tersebut terjadi juga persengketaan, perselisihan atau
konflik dalam rumah tangga. Dalam suatu organisasi atau rumah tangga tidak
terlepas dari suatu “ PERMASALAHAN ”. Menurut analisis saya tanpa adanya
konflik hidup akan begitu-begitu saja, dalam arti kata tidak mengalami
perobahan, dan konflik itu juga sebagai “ hiasan ” dalam suatu organisasi atau
dalam rumah tangga, dengan syarat suatu manajemen mampu mennyelesaikannya dan
mengatasinya dengan baik.
Konflik yang terjadi dalam rumah
tangga ini , yaitu pada suatu ketika sang suami
pernah memarahi istri yang biasa pulang sore atau sesudah maghrib,
penyebabnya (menurut analisis saya )di meja makan kosong tidak ada makanan
dalam arti kata Istri lalai dalam menjalani tanggung jawab, lelah jasmani dan
rohani dalam seharian beraktivitas di luar, dan perut lapar. Ketika istri
pulang terjadilah sesi ribut atau
perselisihan antara suami dan istri, sang istri tentu tidak hanya diam karena
istri baru saja pulang yang merasa sangat lelah bekerja seharian di luar. Jadi
cara mengatasi konflik ini supaya tidak berlarut lama, sang suami ( saya
menyebutnya sebagai Top Manajemen ) mengambil kebijakan dengan cara berdiam
diri, karena perempuan jarang yang mau mengalah dan banyak cakap alias “ ratu
perepet ”. Ketika api amarah barulah didiskusikan dengan cara baik atau dengan
kepala dingin. Menurut saya itu cara yang epektif dan efisien, sehingga dapat
mengubah konflik negatif menjadi konflik positif .
Konflik juga terjadi antara anak
dengan anak ( individu dengan individu ) ini sering terjadi, yang sering
disebabkan karena permainan. Contoh sang adik memakai permainan si abang, dan
abang tersebut tidak mengijinkan adik untuk memakai permainan itu. Sehingga si
adik menangis. Konflik ini terjadi karena kurangnya pengcontrolan manajemen
(ke-2 orang tua ) dalam keluarga lebih tepatnya kurangnya pengagawasan terhadap anak-anak.
Dalam keluarga ini juga pernah
terjadi konflik antara tetangga dengan tetangga, yang diakibatkan anak-anak
bermain air dihalaman tetangga sehingga baju tetangga yang dijemur basah, yang
mengakibatkan ibu tetangga tersebut marah-marah dan mendatangi ibu mereka dan
merepet-merepet or marah, ( menurut saya ini contoh tetangga yang tidak baik,
namanya saja masih anak-anak yang taunya hanya bermain-main , tetapi itu hak
dia, hehehe ). Konflik ini juga terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap
anak-anak.
Terkadang konflik juga terjadi antara
anak dengan ke-2 orang tua, yaitu berupa: anak suka membantah, melawan, atau
membangkang perkataan atau perintah ke-2 orang tua, konflik ini bisa saja
terjadi karena komunikasi, maksudnya sianak salah dalam menyampaikan atau
memahami pesan yang disampaikan. Penyebab konflik ini juga dikarenakan
kurangnya perencanaan dalam mendidik anak, kurangnya pengawasan sehingga anak
bebas bergaul dengan teman yang agak bandel, dan kurangnya pendekatan antara
anak dengan ke-2 orang tua, sehingga ke-2 orang tua kurang memahami anak. Cara
mereka mengatasi anaknya ketika salah adalah mereka menasehatinya supaya jangan
mengulanginya kembali.
Saya suka melihat salah satu kebijakan
dalam keluarga ini, yaitu ke-2 orang tua mereka tidak memfasilitasi anaknya dengan
kelengkapan permainan dalam bentuk Play Station atau disebut dengan PS, yang ada hanya permainan dalam laptop yang
berbeda dengan play station. Karena Play Station tersebut dapat menghipnotis
orang memainkannya seolah-olah kita hidup ini hanya untuk bermain-main, Play
Station juga membuat anak lalai dalam belajar atau mengerjakan tugas karena
dalam pikiran anak tersebut hanya “ BERMAIN ”.
Dalam keluarga ini tidak ada yang
namanya KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ), karena untuk mewujudkan atau tercapainya
tujuan dalam rumah tangga, yaitu supaya hidup sakinah, mawaddah, warahmah, atau
hidup penuh dengan kedamaian dan ketenteraman itu tidak akan tercapai dengan
kekerasan, tetapi harus dengan Planning (perencanaan) ,controlling
(pengawasan), dan directing (memberi motivasi).
C.
Solusi dan Kesimpulan
Solusi dan kesimpulan dari apa yang
saya paparkan di atas adalah bahwa konflik tidak dapat kita hindari dari dalam
suatu organisasi salah satunya di dalam keluarga. Kata konflik juga penting,
kenapa saya katakan penting….??? Karena konflik dapat memberi motivasi kepada
kita supaya kita dapat berubah menjadi lebih baik, serta kita juga dapat
mengevaluasi apa yang salah dengan rencana awal, kemudian mengambil kebijakan
untuk perencanaan kedepannya (perencanaan jangka panjang ).
Peran penting Top Manajemen (kepala keluarga)
adalah untuk mencapai tujuan utama dalam suatu keluarga, top manajemen harus
mampu menyelesaikan konflik, mengatasi konflik, memecahkan konflik, serta
memberi motivasi , atau mengubah konflik negatif manjadi konflik positif.
Supaya tujuan dapat tercapai
semaksimal mungkin, dalam suatu organisasi, manajemen harus memenuhi 4 fungsi, yaitu :
·
Planning ,
·
Organizing,
·
Directing, dan
·
Controlling.
Konflik selalu mewarnai kehidupan,
dari konflik-konflik yang kecil sampai konflik sangat besar. Konflik terjadi
akibat perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, tidak sama kepentingan, dan
masih banyak lagi yang meyebabkan konflik terjadi. Konflik ada yang
diselesaikan secara tuntas, ada yang setengah tuntas, dan ada pula yang tidak
tuntas.
Cukup sekian yang dapat saya
sampaikan, semoga apa yang saya tulis ini tidak mengecewakan Ibu dosen yang
telah mengajari kami dari awal semester satu sampai akhir semester. Dan kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen manajemen yang telah membimbing kami.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH